Kehamilan ke-2 yang sangat saya nanti-nanti akhirnya datang juga. Saya hamil
anak ke-2 di usia anak pertama yang hampir 3 tahun. Anak pertama saya lahirkan
dengan melalui operasi caesar, KLIK
THIS to read the story.
Di kehamilan yg ke-2 ini saya dengan dukungan suami ingin bisa melahirkan
secara VBAC (Vaginal Birth After Caesarean) atau melahirkan secara normal setelah mengalami 1x operasi CS. Saat itu tujuan utama saya hanya ingin melahirkan
secara normal dan bisa memberikan ASI untuk bayi saya nanti.
Mulailah saya sharing dengan siapa saja. Konsultasi ke dokter, konsultasi
dengan teman-teman yang sukses ASI nya, teman-teman yang sukses VBAC nya. Mbah
Google selalu menemani hari-hari saya. Artikel-artikel dari suami maupun hasil
googling sendiri banyak terkumpul (walau akhirnya tidak sempat terbaca semua,
hehehee...😁). Sampailah saya dengar tentang Gentle Birth dan Hypnobirthing. Kami
mencoba mendalaminya. Gentle Birth adalah pilihan proses kelahiran yang dilakukan dengan metode
sealamiah mungkin, proses melahirkan yang lembut, yang ramah jiwa, natural, dan
mengikuti siklus kehidupan manusia. Saya dan suami tertarik dengan
"filosofi" persalinannya sendiri yang lebih alamiah dan menekankan
pada persiapan sang calon ibu dan bayi sejak kehamilan.
1. Gentle Birth with Hypnobirthing
2. VBAC (Vaginal Birth After Caesarean)
3. IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
4. Delayed Cord Clamping
5. Sukses ASI Eksklusif
Akhirnya saya dan suami mencari orang-orang yang bisa mewujudkan
prinsip-prinsip Gentle Birth, baik itu apabila nanti saya beruntung bisa
melahirkan normal ataupun kembali operasi CS. Saya berharap dengan Gentle
Birth, traumatis yg dialami anak pertama saya disaat lahir ke dunia yang tak
hanya menangis tapi menjerit saat keluar dari perut saya tidak terjadi pada
anak ke-2. Akhirnya saya menemukan seseorang. Bidan Okke dari Galenia Mom and Child
Center Bandung yang juga mendukung VBAC. Sayangnya karena jauh di Bandung,
sedangkan kami tinggal di Bekasi, maka konsultasi langsung ke Bandung hanya
bisa dihitung dengan jari. Tapi cukup puas karena setiap konsultasi bisa 1 jam
lebih, hehehe..... 😁 mumpung bisa ketemu. Klinik Galenia MCC nya pun nyaman, feel
like home. Membayangkan melahirkan disana seperti melahirkan dirumah sendiri.
Disaat tidak bisa konsultasi langsung dengan Bd. Okke, saya sering bertanya
lewat BBM saja.
Awalnya suami saya sangsi kalau saya bisa melahirkan di Bandung, karena
jarak Bekasi-Bandung yang cukup jauh (maksudnya jauh bila dalam kondisi
kontraksi lho yaaa....). Tapi setelah konsultasi dengan Bd. Okke, suami saya
malah mendukung sepenuhnya. Jika berjodoh maka saya akan melahirkan di klinik Galenia MCC, dengan
catatan sebelum berangkat ke Bandung periksa dalam pembukaan di bidan terdekat
dahulu. Jika situasi tidak memungkinkan maka saya akan melahirkan di Bekasi
atau Jakarta di RS, dengan dokter yang juga mendukung keinginan-keinginan kami.
Jadi kami pun mencari dokter di daerah Bekasi / Jakarta yang mendukung
keinginan VBAC saya.
Karena VBAC, maka saat persalinan nanti tidak boleh ada induksi, atau
interupsi obat-obatan. Jadilah mulai trimester ketiga kehamilan saya mempersiapkan
diri saya. Saya ikuti semua saran dan PR yang diberikan Bd. Okke. Membuat birth
plan detail tertulis. Jalan kaki minimal 30 menit. Selalu memberikan affirmasi
positif untuk baby dan untuk saya sendiri. Latihan hypnobirthing. Ikut
senam hamil seminggu sekali. Merawat payudara, dibersihkan dengan baby oil
& dikompres air hangat setiap malam demi ASI buat dedek nanti. Goyang inul
dengan birthing ball setiap memungkinkan, sedang menonton TV, ngobrol,
atau sambil baca buku pun jadi. Menonton video-video gentle birth orang-orang
lain. Membaca cerita-cerita yang menggugah semangat tentang persalinan.
Semuanya saya lakukan ditemani kakak Almer yg menantikan kelahiran adiknya.
Tiba di usia kehamilan 37 minggu, dokter di RS yang didekat rumah mulai tidak
mendukung untuk persalinan normal, dengan alasan, kepala dedek belum turun
panggul, kemungkinan jahitan bekas caesarnya tipis atau mengkerut. Dengan tegas
dokter tersebut berkata "jangan diteruskan". Padahal posisi dedek,
air ketuban, detak jantung, berat badan dedek, lebar panggul saya, semua masih
mendukung. Dan beliau menjadwalkan operasi caesar untuk saya. Kata "kemungkinan" yang beliau keluarkan membuat saya berpaling. Saya kembali ke dokter lain yang biasanya check up kondisi kehamilan saya di RS
dekat kantor. Hasilnya semua kondisi masih bagus, hanya kepala dedek memang
belum turun panggul.
Saya masih semangat untuk melahirkan VBAC, atas saran Bd. Okke saya
perbanyak jalan kaki minimal 1 jam setiap hari (selama saya belum merasa
terlalu lelah), perbanyak birthing ball dirumah sambil membisikan affirmasi ke
dedek diperut. "Turun ya nak, bunda, ayah dan kakak sudah menunggu
kehadiranmu. Lahirlah disaat yang tepat, disaat kamu siap".
Usia kehamilan ke 38 minggu, dokter ke-2 mulai khawatir karena berat baby
pasti bertambah sedangkan kepala masih belum turun panggul. Beliau juga mulai
merasa sangsi untuk persalinan normal. Saya ingin ditemani dokter yang yakin
dan membuat kami yakin. Tidak menjadi persoalan jika nanti pada ujungnya saya
harus operasi CS lagi selama tidak direncanakan, tetapi kondisilah yang
mengharuskan. Sejauh ini kondisi masih sangat bagus. Saya dan suami berpaling
lagi. Ternyata banyak dokter yang mendukung persalinan nomal, tapi tidak banyak
yang mendukung VBAC.
Atas saran teman, saya pindah ke dokter ketiga Dr. Diah Sartika di RS.Pondok
Kopi. Beliau juga praktek di RS.Kemang tempat teman saya melahirkan. Akhirnya
kami menemukan dokter yang tepat. Konsultasi yg lebih jelas, lebih detail dan
dukungan penuh atas keinginan saya VBAC. Beliau mengatakan kepala baby belum
turun panggul bukan berarti tidak bisa lahir normal. Ada banyak yang mengalami
kontraksi dulu baru bayinya turun panggul. Ok, kami mulai tenang. Dr. Diah
siap menerima saya apabila saya terpaksa melahirkan di Bekasi / Jakarta. Bd.
Okke pun siap apabila saya melahirkan di Galenia MCC.
Dan ini dia menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari proses kelahiran
dedek yang cukup panjang, tetapi sangat membekas, menyenangkan dan
membahagiakan.
21 APRIL 2013, usia kehamilan 39 minggu kurang 1 hari.
01:30 mules, kayak mules kalau sedang menstruasi.
05:30 pas ke toilet keluar lendir darah, panggil suami saya, he said "tenang, mandi aja dulu".
Lebih banyak tahu memang membuat kita jauh lebih tenang.
07:00 Selesai mandi, dandan rapi, masih sempat jalan pagi beli zuppa soup dan belanja ke minimarket.
08:00 cek ke bidan dekat rumah, bukaan 1 sempit.
08:15 berangkat ke Bandung tanpa kakak Almer.
Sampai di Bandung, saya masih belum yakin bukaan sudah bertambah, jadi saya berusaha santai dulu, makan dulu, jalan-jalan dulu naik turun tangga di gedung Elizabeth Bdg, alhasil dapat 2 tas baru, hahahaa.. 😂 Kontraksi masih berlanjut 15 menit sekali.
15:00 @Galenia MCC, Pendarahan masih keluar terus..
Pas dicek masih bukaan 1 sempit, belum naik-naik, hmmm...
15:30 jalan-jalan, wisata kuliner @bdg
18:00 Memutuskan untuk stay, so kami cek in @ hotel didaerah Dago Atas
20:00 kontraksi makin terasa
22 APRIL 2013
01:00 kontraksi makin terasa, sampai 10 menit sekali.
Karena penasaran akhirnya tengah malam cek ke Galenia, ternyataaaa.... masih bukaan 1, hyaaaah, balik lagi deh ke hotel.
06:00 Sampai pagi kontraksi tambah terasa.
Saya masih semangat jalan-jalan disekitar hotel, goyang inul di kamar, jalan-jalan pagi dari Dago ke arah simpang Dago, sambil menikmati jajanan Bandung. Berharap bukaan bertambah.
Setiap 10-15 menit sekali disaat kontraksi saya menghentikan apapun yang saya lakukan, lalu mengatur nafas, menikmati kontraksi sampai dia hilang lagi. Dan suami setia menemani setiap saya melakukan hal itu.
11:30 check out dari hotel.
12:00 ke mesjid salman ITB, sholat dzuhur sekalian makan siang.
Menikmati ademnya salman, inget jaman pacaran dulu, nostalgia dikit hehehee. 😉😛
14:00 balik ke Galenia MCC, mau diperiksa dalam nanggung.
Teh Okke bidan utama yang akan mendampingi saat partus nanti akan datang jam 4 sore, sedangkan periksa dalam cuma boleh 4 jam sekali. So mending nunggu teh Okke aja.
14:10 sambil nunggu jalan-jalan lagi di Bandung.
Nemenin nyokap shopping sekalian memperbanyak jalan kaki & naik turun tangga, siapa tau si dedek tambah turun ke panggul & bukaan tambah naik.
16:00 ke Galenia, ketemu teh Okke, pas diperiksa deg-degan banget.
Ternyataaaa.... lagi-lagi masih bukaan 1 juga, whaaaat? OMG..... Kontraksi udah jeda pendek masih bukaan 1 aja.. Pendarahan masih terus. Tapi kepala dedek udah tambah turun ke panggul. Baiklaah sepertinya saya memang sedikit stress jadi bukaan terhambat, inget terus sama kakak Almer, kangen pengen ketemu. Teh Okke menyarankan untuk pulang dulu ke Bekasi. Hmmm... Pulang ke bekasi cuma 2 jam, suami menyerahkan keputusan pada saya katanya karena saya sendiri yang merasakan.. Mau di hotel aja, mau langsung stay di Galenia, atau mau pulang kerumah. Hmm, oke kita pulang dulu ke bekasi.. kontraksi & bleeding masih jalan terus
20:00 Nyampe bekasi.
Makan malam, ketemu kakak Almer, birthing ball sebentar, kasih affirmasi sama dedek, lanjut bobo.. Rasanya nikmaaaat banget tidur dirumah sendiri malam itu, nekad tapi alhamdulillah menikmati.
24:00 Kontraksi rasanya beda, tambah nikmat aja.
Ya sudaah dinikmati saja sambil kadang tak sadar mengeluarkan suara lenguhan, liat jam rasanya lambaat banget, jam 1, jam 2, jam 3 pagi..
23 APRIL 2013
00:00 Semua tertidur termasuk suami.
Semalaman terkadang suami saya goyang-goyang, saya tarik bajunya, saya cubit cuma untuk bilang "yah, sakiiit..", lalu dia usap-usap punggung saya sambil merem, tak lama usapan berhenti dan dia pun tertidur lagi karena kelelahan..
02:45 Mikiiiir, cek bukaan sekarang atau nanti ya.
Maunya sih nanti saja jam 6 pagi, jadi saya berusaha untuk tidur, tapi ini kontraksi rasa nikmatnya mulai lain lagi, beda dengan sebelum-sebelumnya.. Akhirnya saya bangunkan suami untuk mengantar ke bidan terdekat sudah bukaan berapa di jam 3 pagi buta.
03:00 ke bidan dekat rumah, periksa dalam, bukaan 3, horeeee, Alhamdulillah..
Pulang dulu kerumah siap-siap ke Galenia lagi.
03:30 berangkat ke Bandung.
Di mobil kontraksi terus terasa dengan jeda 5-10 menit sekali, tapi saya masih bisa menikmatinya. Sepanjang jalan saya mendengarkan affirmasi nya Bidan Yessie Klaten yang saya unduh dari Youtube "persalinanku akan lancar, kontraksi yang terasa sangat lembuuut....". Dijalan saya berharap tiba di Galenia sudah bukaan diatas 5, kalau bisa langsung nyemplung ke kolam waterbirth.
05:00 nyampe di Galenia lagi dalam 1,5 jam karena jalanan kosong... Dahsyat..
Periksa dalam, ternyata masih bukaan 3, hadeuuuuh.. It's ok, waktunya istirahat dulu.
05:30 masuk kamar Ungu Galenia MCC.
06:00 istirahat dikamar, tiduran, sedikit birthing ball.
07:00 Lho kok ngajak ngeden, waah gawat.
Baru bukaan berapa nih kok udah ngajak ngeden aja, takutnya masih jauh dari bukaan 10. Saya mengatur nafas untuk menahannya. O...oow ketubannya keluar, masih dengan kantungnya, seperti balon tapi belum pecah. Saya gonta ganti posisi, lama-lama itu ketuban pecah sendiri karena terjepit paha saya, hehehee.. 😃 Suami saya memanggil bidan pendamping. Periksa dalam "bukaan lengkap" .. Whaaat? Udah bukaan 10 aja, cepet bangeet.. Bidan-bidan menyiapkan kolam waterbirth. Saya menunggu sambil mendengarkan musik klasik yang diputar suami untuk saya, cukup menenangkan.
07:30 Teh Okke datang. Masih sempat senyum-senyum dan ngajak bercanda.
Kolam waterbirth belum siap, masih sedang dimasukkan air hangat. Kata teh Okke "Ayo masih kuat ke kolam gak?". Si kolam ada di ruangan sebelah. Aku bilang "kuat". Tapi itu kolam masih sedang diisi air hangat. Kata teh Okke "mau coba lahiran dikamar aja ga? Gak usah dikolam? Dimana aja sama kok, nunggu kolam siap nanti lama..". Hmmm... baiklaaaah saya ikut aja..
Pertama-tama saya cari posisi yang enak. Teh Okke bilang boleh cari posisi senyaman mungkin. Saya coba sambil tiduran di atas ranjang, tidak nyaman. Maunya berdiri, akhirnya saya jalan-jalan dulu didalam kamar.
Saya coba lagi dengan berlutut dibawah sambil memeluk suami, lumayan nyaman, tapi lama-lama pegal juga..
Teh Okke memberi saran untuk duduk jongkok, saya coba, tapi bukan posisi yang nyaman juga buat saya..
Akhirnya balik lagi ke ranjang, pasang bantal agak tinggian, lumayan nyaman..
Akhirnya bertahan dengan posisi konvensional juga hehehee... 😃 Dikelilingi Teh Okke, suami tercinta, dan 3 bidan pendamping.
Karena VBAC dan mengingat ada luka sayatan bekas operasi CS waktu melahirkan anak pertama dulu, selama kontraksi dilarang ngeden kalau tidak kepengen bangeet bangeeeet..
Alhamdulillah selama jeda tiap kontraksi nyaman, masih bisa ngobrol ngalor ngidul, bercanda, minum.. Bahkan saat kontraksi pun sakitnya masih terasa nyaman buat saya, masih bisa tanya ini itu, masih bisa pegang-pegang kepala dedek yang udah nongol dibawah sana.
Rasanya nyaman sekali menunggu moment dedek keluar sambil berpegangan tangan kepada suami.
Keluarlah disaat kamu siap nak.
08:45 akhirnya lahirlah Gibrazan Zaverio.
Babynya tidak menangis, keluarnya very gentle. Pas ditaruh di dada untuk IMD baru dia menangis sebentar, lalu kita berdua saling berpelukan.
Air mata mengalir.
Suami saya bingung, karena selama kontraksi, selama lahiran tadi saya tidak
pernah terlihat kesakitan apalagi menangis, kenapa pas sudah keluar saya malah
nangis. Dia nanya "kenapa bunda? Mules? Sakit?" Padahal saya sedang
terharuuu berat, aduuuh si ayah gak sensi banget sih.. Bidan okke tersenyum dan
berkata "terharu itu teh a". Semua tertawa.
Alhamdulillah rejeki lagi darimu ya Allah...
IMD kurang lebih 1 jam, sesudah itu dedek dibersihkan dan plasenta dibungkus
masih bersama-sama dedek. Sengaja di Delayed clamping cord untuk burning cord
sorenya.
Setelah melahirkan, dan istirahat sambil IMD cukup untuk bisa langsung duduk
dan berjalan, dan masih berasa segeer tidak terasa cape sama sekali.
Berbeda sekali rasanya dengan persalinan anak pertama saya.
with my hubby and dd Gibran @Galenia,
1 day after the birth,
with Bidan Okke @Galenia, 1 day after
the birth
Me with my Gibrazan Zaverio @Galenia, 1 day after
the birth
Semoga cerita ini menjadi inspirasi untuk semua. Saya sudah pernah mengalami
2x persalinan. 1 kali operasi CS, 1 kali persalinan normal. Yang penting bagi
saya adalah proses mempersiapkan persalinannya, selama masa kehamilan. Menanti
proses kelahiran anak kita seharusnya bukan menjadi ketakutan terbesar, tetapi
menjadi kebahagiaan terbesar.
Apapun cara persalinannya, yang penting adalah bagaimana kita memberdayakan
diri kita sendiri dari semenjak kehamilan sampai persalinan.
"The whole point of woman-centered birth is the knowledge that a woman is
the birth power source. She may need, and deserve, help, but in essence, she
always had, currently has, and will have the power." ~Heather McCue
"Part of birthing without fear is trusting your instincts!" ~Brande
Holm, BWF mama
4 Comments
assalamualaikum...
ReplyDeleteterima kasih banyak atas sharing VBAC nya ya bun... menginspirasi banget.. semoga bisa juga mengalami gentle birth seperti teteh setelah 2 sc sebelumnya.
Mohon maaf jarang buka blognya..
DeleteSemoga VBAC ya sudah berhasil ya..
Sampai nangis terharu saya bacabya buun. Semoga saya bisa vbac juga aamiin 😃
ReplyDeleteAamiin, Insya Allah bisa..
DeleteSemangat yaa...